J.U.D.G.E.M.E.N.T

Ketika itu, gue sedang bercanda dengan beberapa teman gue. Candaan kami memang sedikit nyeleneh dan keluar jalur. Keluar jalur yang gue maksud adalah terkadang kalimat-kalimat yang keluar dari mulut adalah kalimat-kalimat hinaan berupa penghuni rumah makan dan kebun binatang. Yup, di antara kami memang tidak ada lagi rahasia dan nama baik. Semuanya terbuka bagi setiap individu.

Namun, suatu hari, ada seseorang teman baru yang bergabung dengan perkumpulan kami ini. Kami menerimanya dengan tangan terbuka dan menyambutnya sepenuh hati. Awalnya kami berbicara dan mengobrol sejenak, memperbincangkan hal-hal umum dan beberapa info pribadi, seperti nama lengkap, status, alamat, dsb. Akhirnya, karena kami rasa si teman baru ini sudah akrab dan sedikit menyatu, gue dan teman-teman yang lain akhirnya kembali ke alam kami yang sebenarnya. Candaan yang agak nyeleneh dan berbau-bau alat masak kami keluarkan. Kami nggak sadar sepenuhnya bahwa si Teman Baru ini ternyata tidak mampu mengikuti cara kami. Sampai suatu ketika ada perkataan yang sepertinya menyinggung perasaan si Teman Baru ini. Dan akhirnya, ia berdiri dan membentak kami, “Lo semua keterlaluan, ya! Haruskah lo semua ngomongin masalah alat masak di sini?! Nggak takut orang lain denger dan salah mengartikan?” Dan ia pun berlalu tanpa permisi. Sampai sekarang ia menghilang tanpa jejak.

Pertanyaan yang terlintas di kepala gue saat dia meninggalkan kami adalah, “Gue yang gila atau dia yang sinting? Gue yang salah atau dia yang gak bener?”. Jujur gue berulang kali berpikir dan berpikir berulang kali. Ketika gue lagi asik-asik ngobrol, dia sendir yang tiba-tiba nongol dan gabung ke “forum” kami. Dan ketika kami sedang mengeluarkan candaan kami, tiba-tiba dia tersinggung dan ngeloyor tanpa permisi. Hmm.. Sebenernya yang salah siapa, sih? Gue heran sampe sekarang. Kalo dia emang gak mampu menahan emosi dalam sindiran-sindiran kami, you better keep moving and don’t try to stop and join my group.

Well, memang setiap orang punya kelebihan untuk menghakimi dan men-judge kekurangan orang tanpa bercermin. Ya, sudahlah. Gue juga tidak berniat untuk nge-judge kelemahan dia. Namanya juga manusia. Ketika sikap egosentris dan mau menang sendiri sudah menguasai, mau diapain lagi? Kalo gue, mendingan gue cuekin. Daripada gue makan ati dan kesel sendiri.

No comments: