Jiu-Jitsu


Bila kita, para orang awam, mendengar pertama kali kata Jiujitsu, kita kerap kali langsung membayangkan olahraga atau seni bela diri yang kerjaannya hanya membanting lawan atau mengunci lawan hingga ia menyerah. Pertama kali saya melihat video mengenai Jiujitsu di youtube, saya langsung sedikit bergidik dan kagum. Saya melihat untuk pertama kalinya sebuah bela diri yang mengutamakan sistem bertahan. Ketika lawan menyerang, kita hanya boleh bertahan. Namun, bertahan bukan dengan menangkis atau menahan serangan, melainkan dengan meneruskan energi serangan untuk melumpuhkan si penyerang. Butuh stamina yang prima untuk melakukan latihan-latihan seni yang satu ini. Well, itulah kesan pertama saya ketika saya menonton beberapa video mengenai Jiujitsu.

Hingga sekarang, saya akhirnya penasaran dengan seni bela diri Jiujitsu. Saya sedikit membaca-baca di Wikipedia dan kerap menonton video-video yang menggambarkan kekuatan bela diri ini. Tak kenal, maka tak sayang. Sebuah kalimat klise yang ternyata memang benar adanya. Tanpa kita mengetahui lebih dalam sebuah seni beladiri dan filosofi-filosofinya, niscaya apa yang Anda pelajari akan kosong belaka. So, saya akan mencoba sedikit memaparkannya melalui tulisan yang kurang sempurna ini.

Jiujitsu pertama kali digunakan oleh para Samurai. Istilah jujutsu tidak pernah digunakan sampai abad ke 17, setelah saatiu berkembang banyak istilah dari berbagai variasi seni bela diri yang berhubungan dengan grappling. Pada masa itu, keahlian ini mempunyai nama seperti “short sword grappling” (kogusoku koshi no mawari), “grappling” (kumiuchi), “body art” (taijutsu), “softness” (yawara), “art of harmony” (wajutsu, yawarajutsu), “catching hand” (torite), dan sampai kepada “way of softness” (judo). Istilah-istilah di atas sengaja kami sampaikan dengan bahasa Inggris, karena saya belum mampu menemukan arti padanan dengan Bahasa Indonesia. Agak sedikit aneh bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Saat ini, sistem pertarungan dengan tangan kosong yang dikembangkan dan dilatih pada periode Muromachi (1333 – 1573) direferensikan sebagai Jujutsu Jepang gaya lama (Nihon koryu jujutsu). Dalam periode ini, cara-cara tersebut tidak digunakan untuk pertarungan tangan kosong, melainkan untuk melatih para pasukan tangan kosong dan dengan persenjataan ringan demi mempertahankan diri dari lawan yang bersenjatakan berat di medan perang. Di dalam pertarungan sesungguhnya, akan jarang sekali kemungkinan seorang ksatria Samurai menggunakan pedang panjangnya, dan akhirnya mereka akan menggantungkan nyawanya pada pedang pendek, belati, atau bahkan tangan kosong. Ketika mereka menggunakan senjata utamanya, biasanya senjata cadangan mereka (pedang pendek dan belati) akan digunakan kepada lawan dengan teknik grappling.


Dalam perkembangannya pada era Meiji, dimana terjadi masa-masa penghapusan Samurai dan dilarangnya pedang untuk dibawa ke tempat umum, maka sistem ini semakin menyempit dan semakin menuju kepada Jujutsu (Yawara). Sejak itu, banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam Jujutsu. Nihon Jujutsu ryu bahkan tidak dianggap sebagai koryu (tradisi nenek moyang). Jenis-jenis ini disebut Gendai Jujutsu atau Jujutsu modern. Jujutsu modern ditemukan setelah atau menjelang berakhirnya periode Tokugawa (1868), dimana lebih dari 2000 sekolah (ryu) Jujutsu muncul.

Perkembangannya sampai masa sekarang, Jujutsu digunakan dalam jajaran aparat penegak hukum di Jepang. Mungkin istilah yang paling dikenal di kalangan kepolisian Jepang adalah Keisatsujutsu (seni bela diri polisi), yang dikembangkan oleh Departemen Kepolisian Tokyo.

Jika sistem beladiri Jepang diaplikasikan pada masa modern (setelah era Tokugawa) tapi hanya sebagian yang dipengaruhi oleh Nihon Jujutsu, kemungkinan ini bisa disebut sebagai goshin (seni pertahanan diri) jujutsu. Brazilian Jiu-jitsu, yang di kembangkan dari judo, tapi lebih terfokus kepada ground grappling (ne waza), adalah sebuah contoh yang sempurna dari Goshin Jujutsu.

Brazilian Jiu-jitsu



Brazilian Jiu-jitsu sendiri diawali oleh Mitsuyo Maeda, seorang ahli judoka dari Jepang dan anggota dari Kodokan. Maeda adalah satu dari lima ahli Kodokan yang dikirim oleh penemu Judo Kano Jigoro ke seluruh dunia untuk menyebarkan seni bela diri Judo. Maeda meninggalkan Jepang pada tahun 1904 dan mengunjungi berbagai negara, memberikan demonstrasi “jiu-do”, dan menerima berbagai tantangan dari pegulat, petinju, hingga petarung Savate (seni bela diri yang sedikit mirip dengan pencak silat dan Muay Thai), dan berbagai pelaku seni bela diri lainnya, hingga ia mendarat di Brazil pada tanggal 14 November 1914.

Sering kali Brazilian Jiu-jitsu (selanjutnya BJJ) adalah sebuah pengembangan dari seni tradisional Jepang, yaitu jujutsu, bukan judo. Dan Maeda juga sering kali disebut sebagai jujutsuka (ahli jujutsu), walaupun Maeda sendiri tidak pernah berlatih jujutsu. Ia pertama kali berlatih seni bela diri sumo di saat remaja, dan setelah minatnya dialihkan oleh kesuksesan judo dalam sebuah kontes judo melawan jujutsu, akhirnya ia berganti haluan dengan mempelajari judo, dengan menjadi salah satu murid di Kodokan judo Kano. Ia mencapai dan (tingkat) 7 sebelum meninggal pada tahun 1941.

Perbandingan

Saya sempat membaca sebuah testimonial (bisa ditemukan di: http://EzineArticles.com/239174) dari seseorang yang mempelajari Jujutsu tradisional dan juga BJJ. Ia mengatakan bahwa, secara teknis, hampir tidak ada yang berbeda bila Jujutsu Jepang dan BJJ dibandingkan. BJJ lebih banyak teknik dalam pertarungan ground, sedangkan Jujusu lebih kepada pertarungan berdiri. Jujutsu tradisional lebih banyak menyimpan teknik rahasia dan trik-trik yang tidak bisa kita lihat dimanapun. Walaupun seni bela diri ini mengalami beragam evolusi, namun beberapa detail dari ke-nenekmoyang-an kadangkala kehilangan kerahasiaannya. Tanpa modifikasi yang cocok, “rahasia” ini tidak berarti banyak, namun bila kita menggabungkan dan mengkombinasikannya dengan latihan BJJ, kita akan mendapatkan sesuatu yang baru. Dan, sangatlah penting bila kita mengaplikasikan Jujutsu tradisional ke dalam BJJ.

Mungkin, supaya lebih jelas, bisa mengunjungi www.jiu-jitsu.net.

1 comment:

Neody said...

sama aikido beda ga gan?